taman ceritaku

Yuhu……

Salam bahagia buat teman-temanku semua. Apa kabar? Wish you have nice day all. Yup…. Yup… yup… tahu apa yang paling menyenangkan hari ini. Setelah dengan sukses nonton pintu terlarang. Pulang dari bioskop, aku mampir ke zenemax. You know what? I got something that I looking for long time. That was Fiksi. Yup… tahu dong pelem yang dapet best movie, best director, and what else? Ah, I forgot.

Surprise…. Joko Anwar terlibat juga bo…. Hahaha. Nafsu nonton sudah tidak tertahan. Langsung masuk kamar. Nonton, dan wah…….. what do you expect?

Pelemnya, ya, gitu deh. Aneh. Seru .Asli bikin suka. Asik banget. Ngalir. Ah…….

Ceritanya, tentang cewek yang bernama Alisa, (Ladia Cheril) yang punya trauma masa kecil. Ibunya bunuh diri di hadapannya sendiri. Ibunya sebelum mati berpesan agar Alisa bunuh diri setelah dia menembak dirinya sendiri. Yah… namanya anak kecil, bukannya membakin diri sendiri, ya dia bengong aja gitu liat ibunya yang lagi hamil mati. Semua kejadian itu terjadi karena bapaknya Alisa ngak perduli lagi sama keluarganya. Kayak lagu Afgan ya, Klise.

Trus, Alisa tumbuh jadi cewek yang biasa aja. Cuma agak pendiam. Trus dia ketemu sama cowok yang bernama Bari, (Dony Alamsyah), yang kerja selama beberapa hari di rumah Alisa. Entah kenapa, Alisa jadi tertarik banget sama Bari. Tauk deh, apa keistimewaan Bari. Pokonya Alisa suka. Sampai Alisa kabur dari rumah dan tinggal tepat di sebelah kamar Bari di suatu rumah susun. Karena Alisa ngak pernah ketemu sama Bari waktu kerja di rumahnya, Alisa ngaku bernama Mia.

Awalnya Mia/Alisa ngak bertingkah. Sampai akhirnya dia tahu kalau si Bari adalah penulis yang ngak pernah bisa bikin ending untuk ceritanya. Dan cerita yang diangkat sama Bari adalah kehidupan orang-orang dirumah susun itu sendiri. Ada satu kata-kata bari yang nancep banget buatku. “Beda realita dan fiksi. Kalo di fiksi ada ending, dan di realita life must go on”. Karena itulah Bari ngak pernah bisa menyelesaikan cerita-ceritanya. Sebab, kehidupan orang-orang yang dijadikan objek masih tetap berlanjut. Setelah membaca cerita-cerita Bari, Mia/Alisa, terobsesi untuk menyelesaikan cerita bari dengan membunuh satu demi satu karakter-karakter yang menjadi objek cerita Bari. berhasilkah Alisa?

Well, untuk ukuran film local, film ini cukup keren. Dan aku pernah baca salah satu blog yang bilang film ini ngak Indonesia. Tapi menurutku, ngak begitu. Buatku kesan Indonesia-nya, dapet banget. Apalagi pemakaian rumah susun sebagai seting. Tapi yang bikin “ngik” keberanian si Mouldy Surya, mengungkap kumpul kebo-nya si Bari sama Renta yang tinggal se-atap tanpa status penikahan. Selain itu, siapa bilang di indoesia ngak ada spikopat? Inget sama Ryan yang udah ngebunuh 11 orang? Itu contoh, kalau film ini cukup Indonesia.

Cuma, percakapan film ini, walau cerdas tapi kaku banget. Trus, kebanyakan diem. Aku malah beberapa kali nge-cek itu film masih jalan atau macet. Soalnya beberapa adegan si Alisa diem, yang diem gitu, bahkan ngak ngedip. Makanya, aku pikir cd-nya macet. Eh, taunya emang diem. Hobi banget. Capek kali ya? Sekali lagi, filmnya UNIK….. for Mouldy Surya, Waiting for Your next, master piece bro…..