Kesempatan Kedua


Apa yang paling menyenangkan di dunia ini. sebenarnya ada banyak, salah satunya menyukai sesuatu dan bisa menikmatinya. Mungkin sudah ada beberapa yang membaca blog saya ini, ok, saya jelaskan dulu ya, saya membuat blog ini adalah untuk menulis apa yang saya suka dan rasakan.
Saat masih kuliah, saya suka sekali memonton film, jadi saya meriview beberapa film yang saya tonton, mungkin tidak bagus bagus amat sepeti blog blog lain, eke kelasnya beda. hahaha. kelas bawah ini punya saya. Atau kalau lagi tidak bisa tidur, saya menulis tentang apa yang saya rasakan atau teringat cerita yang mungkin menurut saya menarik.

Lalu hingga saya berada di suatu saat dimana saya hampir tidak punya waktu jangankan untuk menulis. Memperhatikan diri saja tidak bisa lagi. Saat itu ada banyak hal yang terjadi, dan mungkin akan saya ceritakan di tulisan saya kedepan. berharap saja dulu ya. hahahaha.

Sekarang, waktu sedikit bersahabat, Yande sudah mulai gede, kerjaan dan teman teman kantor yang super baik. keluarga yang selalu mendukung. sekarang lagi suka banget nonton drama Korea atau film Thailand. suka curi curi waktu pas Yande lagi tidur (Yande? ini anak saya, kita panggil Yande, jangan anak saya. hahaha) buat nonton drama korea atau variety show korea yang kocak banget. Tolong doakan ya kedepannya lebih banyak waktu buat nulis dan berbagi. :)

Semoga waktu kali ini memberi kesempatan kedua jadi saya tidak menelantarkan blog ini lagi, blog yang bahkan masih setia menunggu saya, jangen berpaling ya Sayang akuh. Doa terbesar untik blog ini adalah semoga kita punya waktu, waktu buat main-main, waktu buat nulis, dan waktu untuk edit sampai akhirnya di share. Segitu dulu, maafkan kalau yang ini tidak ada faedahnya.

Sampai Jumpa Temans....






Posted by nurani | at 23:46 | 0 comments

Sebuah Hari

Saya masih ingat betul waktu itu. ketika panas terik, seseorang menjemput saya ke sekolah. Kemudian dalam perjalanan pulang dia menyampaikan kabar duka itu. Saya tidak bisa menangis. Dada saya sesak sekali, rasanya sulit untuk bernafas. Saya bahkan tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi kepada saya. Saya terus menyalahkan takdir, kenapa, kenapa harus saya. Kenapa bukan orang lain saja. Saya masih terlalu muda untuk hidup tanpanya . Kami sangat memerlukan sosok Bapak secara nyata.
Sepanjang perjalanan pulang, saya masih terdiam bahkan tanpa tangisan. Saya masih terdiam dalam kekacauan dan kebingungan serta penolakan saya. Ini tidak mungkin terjadi pada saya, Tuhan bisa kan saya menjadi seorang yang biasa saja, hidup normal dengan orang tua lengkap, jangan Tuhan, jangan pilih saja. acak saja nama lain, asal jangan saya.
Tiba dirumah, orang orang sudah ramai. Tapi saya hanya mencari seorang wanita, Ibu saya, dia pasti jauh lebih terluka. Saya berlari menuju ruang tamu, dia memeluk saya, matanya kosong. Terlalu banyak hal  memenuhi pikiran saya waktu itu dan saya masih tak menangis, saya mengatakan padanya, kita pasti bisa, diluar sana masih banyak yang juga bernasib sama dengan kita. dia kembali memeluk saya sambil menangis.
Ada lagi, gadis kecil itu, adik saya satu satunya, saya memeluknya. Saya tahu diantara kami dia yang paling tidak mengerti apa yang sedang kami hadapi, dia mungkin tau arti kata meninggal, tapi dia pasti tidak berpikir sejauh kami. Betapa sulitnya hidup kami selanjutanya karena Bapak saya satu-satunya yang menopang kehidupan kami. Saya paling sedih melihatnya. Dia adalah orang yang paling saya pikirkan, bagaimana dia akan tumbuh besar tanpa sosok Bapak, bagaimana pendidikannya, dan bagaimana, bagaimana yang lainnya.

Lalu, kami,  terutama saya mulai berdamai dengan keadaan. menenangkan diri dari kekalutan. Berdoa dan berusaha Iklas. Meletakan rasa takut dan menjalani saja hari. Menerima semuanya, karena hanya itu yang bisa dilakukan saat seperti itu. Waktu memberi kami kesempatan, waktu membuat kami semakin kuat. kami berjuang ditengah hantaman takdir yang sungguh kejam. Saya mulai berhenti menyalahkan keadaan,.belajar menerima, menjalani dan berusaha sebaik mungkin. Ibu saya berkerja sangat giat, saya juga mengambil pekerjaan paruh waktu sambil kuliah. Hari ini saya menulis ini setelah kejadian itu berlalu hampir 15 Tahun.

Kini, banyak hal sudah berlalu dan banyak hal sudah terjadi. ketakutan mulai kami dihadapi, rasanya cukup melegakan sekarang, finally setelah bersusah payah saya sudah lulus sekolah di jurusan bahasa dan bekerja. adik saya sedang dalam tahap skripsi di sekolah kesehatan untuk keperawatan. Ibu saya nampaknya paling bahagia. Beliau setiap hari bertarung melawan lelah mengejar bocah laki-laki yang sangat aktif. cucunya. Yah, saya sudah menikah, kan saya sudah bilang ya di tulisan sebelumnya. hahahaha. Suami saya??? nantilah ceritainnya, tetapi yang pasti dia lelaki yang pas untuk saya. hahaha.....
Tetapi entah kenapa rasa itu terasa masih sama. Rasa sedih itu bahkan masih sama setiap teringat hari itu.
Bagaimana pun I do proud of my mother and my sister for always be strong. Entah kami harusnya berada di titik yang bagaimana, tetapi saya yakin, Ayah saya saat ini sedang tersenyum dari sana melihat kami. Please don't be sad, im ok now. Not we are ok now, tolong bantu kami selalu dari sana. And for you, Seperti lagunya Winner, Have a good day, have a good day in heaven.




Posted by nurani | at 01:09 | 0 comments